Sunday, September 17, 2006

Pernikahan

Proses tata cara pernikahan yang Islami Maraji: ? Fiqhul Marah Al-Muslimah, Ibrahim Muhammad Al-Jamal. ? Adabuz Zifaf fis Sunnah Al-Muthahharah, Syaikh Nashiruddin Al-Albani. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Subhanallah. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun di masyarakat kita, hal ini tidak banyak diketahui orang. Pada risalah yang singkat ini, kami akan mengungkap tata cara penikahan sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang hanya dengan cara inilah kita terhindar dari jalan yang sesat (bidah). Sehingga orang-orang yang mengamalkannya akan berjalan di atas landasan yang jelas tentang ajaran agamanya karena meyakini kebenaran yang dilakukannya. Dalam masalah pernikahan sesunggguhnya Islam telah mengatur sedemikian rupa. Dari mulai bagaimana mencari calon pendamping hidup sampai mewujudkan sebuah pesta pernikahan. Walaupun sederhana tetapi penuh barakah dan tetap terlihat mempesona. Islam juga menuntun bagaimana memperlakukan calon pendamping hidup setelah resmi menjadi sang penyejuk hati. Berikut ini kami akan membahas tata cara pernikahan menurut Islam secara singkat.Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Sebelum Menikah 1. Minta PertimbanganBagi seorang lelaki sebelum ia memutuskan untuk mempersunting seorang wanita untuk menjadi isterinya, hendaklah ia juga minta pertimbangan dari kerabat dekat wanita tersebut yang baik agamanya. Mereka hendaknya orang yang tahu benar tentang hal ihwal wanita yang akan dilamar oleh lelaki tersebut, agar ia dapat memberikan pertimbangan dengan jujur dan adil. Begitu pula bagi wanita yang akan dilamar oleh seorang lelaki, sebaiknya ia minta pertimbangan dari kerabat dekatnya yang baik agamanya. 2 Shalat Istikharah Setelah mendapatkan pertimbangan tentang bagaimana calon isterinya, hendaknya ia melakukan shalat istikharah sampai hatinya diberi kemantapan oleh Allah Taala dalam mengambil keputusan.

Shalat istikharah adalah shalat untuk meminta kepada Allah Taala agar diberi petunjuk dalam memilih mana yang terbaik untuknya. Shalat istikharah ini tidak hanya dilakukan untuk keperluan mencari jodoh saja, akan tetapi dalam segala urusan jika seseorang mengalami rasa bimbang untuk mengambil suatu keputusan tentang urusan yang penting. Hal ini untuk menjauhkan diri dari kemungkinan terjatuh kepada penderitaan hidup. Insya Allah ia akan mendapatkan kemudahan dalam menetapkan suatu pilihan. 3. Khithbah (peminangan) Setelah seseorang mendapat kemantapan dalam menentukan wanita pilihannya, maka hendaklah segera meminangnya. Laki-laki tersebut harus menghadap orang tua/wali dari wanita pilihannya itu untuk menyampaikan kehendak hatinya, yaitu meminta agar ia direstui untuk menikahi anaknya. Adapun wanita yang boleh dipinang adalah bilamana memenuhi dua syarat sebagai berikut, yaitu: A. Pada waktu dipinang tidak ada halangan-halangan syari yang menyebabkan laki-laki dilarang memperisterinya saat itu. Seperti karena suatu hal sehingga wanita tersebut haram dini kahi selamanya (masih mahram) atau sementara (masa iddah/ditinggal suami atau ipar dan lain-lain). B. Belum dipinang orang lain secara sah, sebab Islam mengharamkan seseorang meminang pinangan saudaranya. Dari Uqbah bin Amir radiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Orang mukmin adalah saudara orang mukmin yang lain. Maka tidak halal bagi seorang mukmin menjual barang yang sudah dibeli saudaranya, dan tidak halal pula meminang wanita yang sudah dipinang saudaranya, sehingga saudaranya itu meninggalkannya." (HR. Jamaah) Apabila seorang wanita memiliki dua syarat di atas maka haram bagi seorang laki-laki untuk meminangnya. 4. Melihat Wanita yang Dipinang Islam adalah agama yang hanif yang mensyariatkan pelamar untuk melihat wanita yang dilamar dan mensyariatkan wanita yang dilamar untuk melihat laki-laki yang meminangnya, agar masing- masing pihak benar-benar mendapatkan kejelasan tatkala menjatuhkan pilihan pasangan hidupnyaDari Jabir radliyallahu anhu, bersabda : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Apabila salah seorang di antara kalian meminang seorang wanita, maka apabila ia mampu hendaknya ia melihat kepada apa yang mendorongnya untuk menikahinya." Jabir berkata: "Maka aku meminang seorang budak wanita dan aku bersembunyi untuk bisa melihat apa yang mendorong aku untuk menikahinya. Lalu aku menikahinya." (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Sunan Abu Dawud, 1832). Adapun ketentuan hukum yang diletakkan Islam dalam masalah melihat pinangan ini di antaranya adalah: A. Dilarang berkhalwat dengan laki-laki peminang tanpa disertai mahram. B. Wanita yang dipinang tidak boleh berjabat tangan dengan laki- laki yang meminangnya5. Aqad Nikah Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi: a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai. b. Adanya ijab qabul. Ijab artinya mengemukakan atau menyatakan suatu perkataan. Qabul artinya menerima. Jadi Ijab qabul itu artinya seseorang menyatakan sesuatu kepada lawan bicaranya, kemudian lawan bicaranya menyatakan menerima. Dalam perkawinan yang dimaksud dengan "ijab qabul" adalah seorang wali atau wakil dari mempelai perempuan mengemukakan kepada calon suami anak perempuannya/ perempuan yang di bawah perwaliannya, untuk menikahkannya dengan lelaki yang mengambil perempuan tersebut sebagai isterinya. Lalu lelaki bersangkutan menyatakan menerima pernikahannya itu. Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa: Sahl bin Said berkata: "Seorang perempuan datang kepada Nabi shallallahu alaihiwa sallam untuk menyerahkan dirinya, dia berkata: "Saya serahkan diriku kepadamu." Lalu ia berdiri lama sekali (untuk menanti). Kemudian seorang laki-laki berdiri dan berkata: "Wahai Rasulullah kawinkanlah saya tidak berhajat padanya." Lalu Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda: "Aku kawinkan engkau kepadanya dengan mahar yang ada padamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadist Sahl di atas menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengijabkan seorang perempuan kepada Sahl dengan mahar atau maskawinnya ayat Al-Quran dan Sahl menerimanya. c. Adanya Mahar (mas kawin) Islam memuliakan wanita dengan mewajibkan laki-laki yang hendak menikahinya menyerahkan mahar (mas kawin). Islam tidak menetapkan batasan nilai tertentu dalam mas kawin ini, tetapi atas kesepakatan kedua belah pihak dan menurut kadar kemampuan. Islam juga lebih menyukai mas kawin yang mudah dan sederhana serta tidak berlebih-lebihan dalam memintanya. Dari Uqbah bin Amir, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Sebaik-baik mahar adalah yang paling ringan." (HR.Al-Hakim dan Ibnu Majah, shahih, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir 3279 oleh Al-Albani) d. Adanya Wali Dari Abu Musa radliyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:"Tidaklah sah suatu pernikahan tanpa wali." (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no.1836).Wali yang mendapat prioritas pertama di antara sekalian wali-wali yang ada adalah ayah dari pengantin wanita. Kalau tidak ada barulah kakeknya (ayahnya ayah), kemudian saudara lelaki seayah seibu atau seayah, kemudian anak saudara lelaki. Sesudah itu barulah kerabat-kerabat terdekat yang lainnya atau hakim. e. Adanya Saksi-Saksi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Tidak sah suatu pernikahan tanpa seorang wali dan dua orang saksi yang adil." (HR. Al-Baihaqi dari Imran dan dari Aisyah, shahih, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir oleh Syaikh Al-Albani no. 7557). Menurut sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam, sebelum aqad nikah diadakan khuthbah lebih dahulu yang dinamakan khuthbatun nikah ataukhuthbatul-hajat. 6. Walimah Walimatul Urus hukumnya wajib. Dasarnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaih wa sallam kepada Abdurrahman bin Auf:"....Adakanlah walimah sekalipun hanya dengan seekor kambing." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1854) Memenuhi undangan walimah hukumnya juga wajib."Jika kalian diundang walimah, sambutlah undangan itu (baik undangan perkawinan atau yang lainnya). Barangsiapa yang tidak menyambut undangan itu berarti ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya." (HR. Bukhari 9/198, Muslim 4/152, dan Ahmad no. 6337 dan Al-Baihaqi 7/262 dari Ibnu Umar). Akan tetapi tidak wajib menghadiri undangan yang didalamnya terdapat maksiat kepada Allah Taala dan Rasul-Nya, kecuali dengan maksud akan merubah atau menggagalkannya. Jika telah terlanjur hadir, tetapi tidak mampu untuk merubah atau menggagalkannya maka wajib meninggalkan tempat itu. Dari Ali berkata: "Saya membuat makanan maka aku mengundang Nabi shallallahu ?alaihi wa sallam dan beliaupun datang. Beliau masuk dan melihat tirai yang bergambar maka beliau keluar dan bersabda: "Sesungguhnya malaikat tidak masuk suatu rumah yang di dalamnya ada gambar." (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah, shahih, lihat Al-Jamius Shahih mimma Laisa fis Shahihain 4/318 oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadii). Adapun Sunnah yang harus diperhatikan ketika mengadakan walimah adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan selama 3 (tiga) hari setelah hari dukhul (masuk- nya) seperti yang dibawakan oleh Anas radliallahu 'anhu, katanya: Dari Anas radliallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam telah menikahi Shafiyah dengan maskawin pembebasannya (sebagai tawanan perang Khaibar) dan mengadakan walimah selama tiga hari." (HR. Abu Yala, sanadhasan, seperti yang terdapat pada Al-Fath 9/199 dan terdapat di dalam Shahih Bukhari 7/387 dengan makna seperti itu. Lihat Adabuz Zifaf fis Sunnah Al-Muthaharah oleh Al-Albani hal. 65) 2. Hendaklah mengundang orang-orang shalih, baik miskin atau kaya sesuai denganwasiat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Jangan bersahabat kecuali dengan seorang mukmin dan jangan makan makananmu kecuali seorang yang bertaqwa." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Abi Said Al-Khudri, hasan, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir 7341 dan Misykah Al-Mashabih 5018). 3. Sedapat mungkin memotong seekor kambing atau lebih, sesuai dengan taraf ekonominya. Keterangan ini terdapat dalam hadits Al-Bukhari, An-Nasai, Al-Baihaqi dan lain-lain dari Anas radliallahu 'anhu. Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Abdurrahman bin Auf: "Adakanlah walimah meski hanya dengan seekor kambing." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1854) Akan tetapi dari beberapa hadits yang shahih menunjukkan dibolehkan pula mengadakan walimah tanpa daging. Dibolehkan pula memeriahkan perkawinan dengan nyanyi-nyanyian dan menabuh rebana (bukan musik) dengan syarat lagu yang dinyanyikan tidak bertentangan dengan ahklaq seperti yang diriwayatkan dalam hadits berikut ini: Dari Aisyah bahwasanya ia mengarak seorang wanita menemui seorang pria Anshar. Aisyah, mengapa kalian tidak menyuguhkan hiburan? Karena kaum Anshar senang pada hiburan." (HR. Bukhari 9/184-185 dan Al-Hakim 2/184, dan Al-Baihaqi 7/288). Tuntunan Islam bagi para tamu undangan yang datang ke pesta perkawinan hendaknya mendoakan kedua mempelai dan keluarganya.Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaih wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai, beliau mengucapkan doa: "Mudah-mudahan Allah memberimu berkah. Mudah-mudahahan Allah mencurahkan keberkahan kepadamu dan mudah - mudahan Dia mempersatukan kalian berdua dalam kebajikan." (HR. Said bin Manshur di dalam Sunannya 522, begitu pula Abu Dawud 1/332 dan At-Tirmidzi 2/171 dan yang lainnya, lihat Adabuz Zifaf hal. 89) Adapun ucapan seperti "Semoga mempelai dapat murah rezeki dan banyak anak" sebagai ucapan selamat kepada kedua mempelai adalah ucapan yang dilarang oleh islam, karena hal itu adalah ucapan yang sering dikatakan oleh Kaum jahiliyyah. Dari Hasan bahwa Aqil bin Abi Thalib menikah dengan seorang wanita dari Jisyam.Para tamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyyah: "Bir rafa wal banin." Aqil bin Abi Thalib mencegahnya, katanya: "Jangan kalian mengatakan demikian karena Rasulullah melarangnya." Para tamu bertanya: " Lalu apa yang harus kami ucapkan ya Aba Zaid?" Aqil menjelaskan, ucapkanlah: "Mudah- mudahan Allah memberi kalian berkah dan melimpahkan atas kalian keberkahan." Seperti itulah kami diperintahkan. (HR. Ibnu Abi Syaibah 7/52/2, An-Nasai 2/91, Ibnu Majah 1/589 dan yang lainnya, lihat Adabuz Zifaf hal. 90) Demikianlah tata cara pernikahan yang disyariatkan oleh Islam. Semoga Allah Taala memberikan kelapangan bagi orang- orang yang ikhlas untuk mengikuti petunjuk yang benar dalam memulai hidup berumah tangga dengan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaih wa sallam. Mudah-mudahan mereka digolongkan ke dalam hamba-hamba yang dimaksudkan dalam firman-Nya: "Yaitu orang-orang yang berdoa: Ya Rabb kami, anugerahkan kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa."(Al-Furqan: 74).


| Henny blogged at 2:39 PM



Thursday, February 16, 2006

P U A S A

Ternyata bukan hanya umat Muhammad yang berpuasa. Sejarah mencatat, sebelum kedatangan Muhammad, umat Nabi yang lain diwajibkan berpuasa. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap bulannya. Bahkan, nabi Adam alaihissalam diperintahkan untuk tidak memakan buah khuldi, yang ditafsirkan sebagai bentuk puasa pada masa itu. "Janganlah kamu mendekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim". (Al-Baqarah: 35). Begitu pula nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Dalam Surah Maryam dinyatakan Nabi Zakaria dan Maryam sering mengamalkan puasa. Nabi Daud alaihissalam sehari berpuasa dan sehari berbuka pada tiap tahunnya. Nabi Muhammad saw. Sendiri sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain. Malah masyarakat Yahudi yang tinggal di Madinah pada masa itu turut mengamalkan puasa Asyura. Begitu pula, binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya. Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular, berpuasa baginya untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak ia tak kan lagi menjadi kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga. Jika berpuasa merupakan sunnah thobi'iyyah (sunnah kehidupan) sebagai langkah untuk tetap survive, mengapa manusia tidak? Terlebih lagi jika kewajiban puasa diembankan kepada umat Islam, tentu saja memikili makna filosofis dan hikmah tersendiri. Karena, ternyata puasa bukan hanya menahan dari segala sesuatu yang merugikan diri sendiri atau orang lain, melainkan merefleksikan diri untuk turut hidup berdampingan dengan orang lain secara harmonis, memusnahkan kecemburuan sosial serta melibatkan diri dengan sikap tepa selira dengan menjalin hidup dalam kebersamaan, serta melatih diri untuk selalu peka terhadap lingkungan. Rahasia-rahasia tersebut ternyata ada pada kalimat terakhir yang teramat singkat pada ayat 183 surah al-Baqarah. Allah swt memerintahkan: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa". (QS. Al-Baqarah: 183). Allah swt mengakhiri ayat tersebut dengan "agar kalian bertakwa". Syekh Musthafa Shodiq al-Rafi'ie (w. 1356 H/1937 M) dalam bukunya wahy al-Qalam mentakwil kata "takwa" dengan ittiqa, yakni memproteksi diri dari segala bentuk nafsu kebinatangan yang menganggap perut besar sebagai agama, dan menjaga humanisme dan kodrat manusia dari perilaku layaknya binatang. Dengan puasa, manusia dapat menghindari diri dari bentuk yang merugikan diri sendiri dan orang lain, sekarang atau nanti. Generasi kini atau esok. Mazhab sosialisme yang mengalami masa kolapnya di Eropa, tak mampu mengubah, menambah dan mengurangi jatah perut pengikutnya. Mereka, para sosialisme yang dianggap sebagai "mazhab buku" tak pelak lagi memandang puasa sebagai "satu-satunya sistem sosialis yang paling unik dan justeru paling benar"! Bagaimana tidak, puasa adalah kefakiran secara 'paksa' yang ditentukan oleh syariat agama kepada seluruh umat (Islam) tanpa pandang bulu. Islam memandang sama derajat manusia, terutama soal "perut". Mereka yang memiliki dolar, atau yang mempunyai sedikit rupiah, atau orang yang tak memiliki sepeserpun, tetap merasakan hal yang sama: lapar dan haus. Jika sholat mampu menghapus citra arogansi individual manusia diwajibkan bagi insan muslim, haji dapat mengikis perbedaan status sosial dan derajat umat manusia diwajibkan bagi yang mampu, maka puasa adalah kefakiran total insan bertakwa yang bertujuan mengetuk sensitifitas manusia dengan metode amaliah (praktis), bahwasanya kehidupan yang benar berada di balik kehidupan itu sendiri. Dan kehidupan itu mencapai suatu tahap paripurna manakala manusia memiliki kesamaan rasa, atau manusia "turut merasakan" bersama, bukan sebaliknya. Manusia mencapai derajat kesempurnaan (insan kamil) tatkala turut merasakan sensitifitas satu rasa sakit, bukan turut berebut melampiaskan segala macam hawa nafsu. Dari sini puasa memiliki multifungsi. Setidaknya ada tiga fungsi puasa: tazhib, ta'dib dan tadrib. Puasa adalah sarana untuk mengarahkan (tahzib), membentuk karakteristik jiwa (ta'dib), serta medium latihan untuk berupaya menjadi manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada esensinya bermuara pada tujuan akhir puasa: takwa. Takwa dalam pengertian yang lebih umum adalah melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Takwa dan kesalehan sosial adalah dua wajah dari satu keping mata uang yang sama, mengintegral dan tak dapat dipisahkan. Ada sejenis kaidah jiwa, bahwasanya "cinta" timbul dari rasa sakit. Di sinilah letak rahasia besar sosial dari hikmah berpuasa. Dengan jelas dan akurat, Islam melarang keras segala bentuk makanan, minuman, aktivitas seks, penyakit hati dan ucapan merasuki perut dan jiwa orang yang berpuasa. Dari lapar dan dahaga, betapa kita dapat merasakan mereka yang berada di garis kemiskinan, manusia papa yang berada di kolong jembatan, atau kaum tunawisma yang kerap berselimutkan dingin di malam hari atau terbakar terik matahari di siang hari. Ini adalah suatu sistem, cara praktis melatih kasih sayang jiwa dan nurani manusia. Adakah cara yang paling efektif untuk melatih cinta? Bukankah kita tahu bahwa selalu ada dua sistem yang saling terkait: yang melihat dan yang buta, yang cendikia dan yang awam, serta yang teratur dan yang mengejutkan. Jika cinta antara orang kaya yang lapar terhadap orang miskin yang lapar tercipta, maka untaian hikmah kemanusiaan di dalam diri menemukan kekuasaannya sebagai "sang mesias", juru selamat. Orang yang berpunya dan hatinya selalu diasah dengan puasa, maka telinga jiwanya mendengar suara sang fakir yang merintih. Ia tidak serta merta mendengar itu sebagai suara mohon pengharapan, melainkan permohonan akan sesuatu hal yang tidak ada jalan lain untuk disambut, direngkuh dan direspon akan makna tangisannya itu. Orang berpunya akan memaknai itu semua atas pengabdian yang tulus, iimaanan wa ihtisaaban. Semua karena Allah, karena hanya Dia Sang pemilik segala.


| Henny blogged at 4:31 PM



Monday, October 24, 2005

kubur setiap hari menyeru manusia sebanyak lima kali:
1. Aku rumah yang terpencil, maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu, bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Basmallah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan "Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawaban kepadanya.
Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya;
1. Dunia itu racun, zuhud itu obatnya.
2. Harta itu racun, zakat itu obatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu obatnya
Nabi Muhammad S.A.W bersabda: " Ada 4 di pandang sebagai ibu ", yaitu :
1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
4. Ibu dari segala CITA-CITA adalah SABAR Berpesan-pesanlah kepada kebenaran dan Kesabaran.Beberapa kata renungan dari Qur'an : Orang yang tidak melakukan sholat :
Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Dzuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Ashar : Dijauhkan dari kesehatan/kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak- anaknya.
Isha' : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya


| Henny blogged at 8:47 AM


ALLAH tdk pernah istirahat

Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor.Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya haruspulang selarut ini.Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih,setelah beberapa saatberjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun.Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.Setengah berlari saya mencari tempat berlindung.Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyaitenda sederhana.Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh,menjumpai bapak penjual yangsendirian, ditemanirokok dan lampu petromak yang masih menyala.Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...,"begitu katanya saatsaya meminta ijin berteduh.Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyianyang pekat. Karenamerasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya,saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, dimakan disini saja.Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampaksibuk.Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk diracik.Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalamwaktu sebentar.Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu.Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yangsemula canggung mulaihilang.Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orangmakin jarang yang keluarya Pak?"Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nihdagangan saya.." katanyasambil menghisap rokok dalam-dalam."Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya,"Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?" Duh.Pertanyaan yang bodoh. Tentusaja, tak banyakyang membeli kalau hujan begini.Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih.Namun, agaknya saya keliru..."Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitukatanya. "Rezeki sayaada dimana-mana.Saya malah senang kalau hujan begini.Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah.Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya." Bapak itumelanjutkan,"Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masihhujan..."Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Gusti Allah ora sare".Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya.Saya rupanya telah keliru memaknai hidup.Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataansederhana itu.Makna nya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadarikekerdilan saya dihadapan Tuhan.Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagibanyak hal.Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan halnyata yang bisadigenggam dan dirasakan.Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka ituartinya saya cumaharus bersabar.Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknyabisa menjadi anugerahbagi setiap petani.Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi.Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yangmenjadi harapan bagisebagian orang yang mengojek payung,atau mendorong mobil yang mogok.Hmm...saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribupikiran tampak sepertilintasan-lintasan cahaya yang bergerak dibenak saya. "Ya Allah, Engkau Memang Maha yang Tak Pernah Beristirahat"Untunglah,hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan. Dalamperjalanan pulang, hanyakata itu yang teringat,Gusti Allah OraSare..... Gusti Allah Ora Sare.....Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya.Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengancara yang tak terduga.Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yangsederhana.Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengansesuatu yangistimewa.Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yangsaya lampaui.Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan sayalakukan.Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya.Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar danmemaknai hikmahkehidupan.Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik.Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-halbesar dan istimewa.Aku berdoa agar diberikan kekuatan...Namun, Allah memberikanku cobaanagar aku kuatmenghadapinya.Aku berdoa agar diberikan kebijaksanaan...Namun, Allah memberikankumasalah agar aku mampumemecahkannya.Aku berdoa agar diberikan kecerdasan...Namun, Allah memberikanku otak danpikiran agar akudapat belajar dari-Nya.Aku berdoa agar diberikan keberanian...Namun, Allah memberikankumarabahaya agar aku mampumenghadapinya.Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang...Namun,Allah memberikanku orang-orang yang luka hatinya agar aku dapat berbagidengannya.Aku berdoa agar diberikan kebahagiaan...Namun,Allah memberikanku pintu kesempatan agar aku dapat memanfaatkannyaWallohu'alam bisshowab.


| Henny blogged at 8:45 AM



Sunday, October 16, 2005

Sebuah kisah nyata seperti yang di utarakan oleh Drs. Umar Ali Yahya danSyarifuddin. Ukhuwah intinya 'MEMBERI' Memberi tanpa mengharapkanbalasan Dan mengharap balasan hanya dari Allah SWTUkhuwah dan keimanan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan,maka dari itu jika salah satu tidak ada maka yang lainnya pun sirna. Tingkatukhuwah terendah ialah bersih hati dan berbaik sangka pada saudaranyasedangkan tingkat ukhuwah tertinggi ialah mendahulukan saudaranyadaripada dirinya [Drs. Umar Ali Yahya].Alkisah disebuah Madrasah Tsanawiyah di daerah Bangka Jakarta Selatan,berkumpul sekelompok anak-anak sekolah yang sedang istirahat mengerumuniabang penjual rujak, rupanya siang itu anak-anak sedang membeli rujak.Diantara sekumpulan anak-anak tersebut terdapatlah seorang anak bernamaUbaidurrahman (Ubay) yang saat itu ingin sekali membeli rujak namunuangnya ketinggalan di kelas. Keinginan Ubay itu ditangkap oleh temannya Hamadtanpa terlewat sedikitpun. Saat itu Hamad pun sebetulnya ingin membelirujak juga, namun uangnya tinggal seribu rupiah saja, dan itupun untukongkos pulang.'Pake uangku saja dulu Ubay,' seru Hamad pada Ubay yang terlihat sangatingin sekali membeli rujak. 'Terima kasih Hamad, nanti aku ganti uangnyadi kelas ya,' jawab Ubay dengan riangnya. Begitulah, Hamad meminjamkan uangnya yang hanya tinggal seribu itu padaUbay untuk membeli rujak dengan harapan nanti akan dibayar di kelas.Ketika sampai di kelas ternyata Ubay tidak membayar hutangnya dengan alasanuangnya ternyata sudah terpakai untuk yang lain.'Masya Allah, Hamad aku lupa uangnya tadi sudah dipakai, besok sajaya...'Hamad menatap Ubay sejenak dan kemudian mengangguk dengan senyumkhasnya.Dalam keadaan tidak ada uang sepersen pun, bahkan untuk ongkos pulangsekalipun, Hamad masih tersenyum dan menjalani sisa harinya dengankegembiraan.Bel sekolah telah berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang. Tidakterkecuali dengan Hamad, ia pun pulang meskipun tidak seperti hari-harisebelumnya. Kali ini dia terlihat berjalan kaki, ya.. berjalan kaki darisekolahnya di Bangka Jakarta Selatan sampai rumahnya di JatibeningBekasi, yang biasanya memerlukan waktu 1 jam jika ditempuh dengan kendaraanbermotor.----------'Hamad kok belum pulang ya Bu? Aku mulai khawatir, coba teleponteman-temannya barangkali memang sedang ada acara di sekolahnya,' pintaUst. Zufar pada istrinya. Ust. Zufar merupakan ayah dari Hamad. Beliauialah sosok yang ramah, nama lengkapnya ialah Ust. Zufar Bawazier, Lc,dosen LIPIA dan juga pengurus sebuah Partai Islam di Indonesia.Saya sempat mengenalnya ketika beliau mengisi sebuah seminar di Bandungdimana saya terlibat sebagai panitia. Saat itu, beliau kami sediakantiket pulang dengan Kereta Api untuk jadwal kepergian jam 13.00.Betapa kagetnya saya ketika teman saya memberitahukan bahwa Ust. Zufarsedang berdiri menunggu angkutan umum yang saya yakin beliau tidak hafalrutenya, untuk menuju stasiun. Lebih parah lagi waktu telah menunjukanpukul 12.50, yang artinya hanya 10 menit lagi kereta akan segera pergi.Saya segera mengambil motor untuk mengantarnya menuju stasiun, sayatidak habis fikir mengapa Ust. Zufar tidak memberi tahu panitia kalaukeadaannya seperti ini, atau memang panitianya yang tidak memperhatikan, pikirku.Aku susuri jalanan kota Bandung dengan kecepatan tinggi, bahkan sempatmelanggar beberapa rambu lalu lintas, aku tak peduli, saat itu fikirankuhanya mengantar Ust. Zufar agar tidak ketinggalan kereta menuju Jakarta.Dan memang akhirnya Ust. Zufar bisa mendapatkan keretanya, walaupunharus dengan berlari setelah sebelumnya masih sempat menyalamiku sambiltersenyum dan mengucapkan terima kasih padaku. Itulah kenangan terakhir dansatu-satunya pertemuanku dengan Ust. Zufar.-----------'Kriiing...' telepon di rumah Pak Umar berdering. Telepon itu ternyatadari Ust. Zufar yang kemudian memberitahukan kepada Pak Umar bahwa anaknyasaat itu pulang malam sekali. Pak Umar adalah kepala sekolah MadrasahTsanawiyah dimana Hamad bersekolah. Lalu Ust. Zufar pun menjelaskan penyebabanaknya hingga pulang selarut itu kepada Pak Umar.Esok harinya, Pak Umar memanggil Hamad dan Ubay ke Kantor. Tidakditemukan wajah kesal atau kecut dari Hamad, suatu pancaran ketenangan jiwa dariseorang anak yang masih bersih hatinya.Lalu Pak Umar berkata pada Ubay, 'Lihatlah, sepatu temanmu rusak karenakamu menyia-nyiakan kebaikannya...' Pak Umar terkenal akan kebijaksanaannya, beliau digelari 'Pembina Sejati' oleh teman saya di Bandung yang pernah merasakan sentuhannya pula. Saya beruntung pernah menjadi binaanya selama setahun. Waktu yang cukup singkat untuk sebuahpembinaan yang bertajuk Ta'lim Rutin Kader Partai Keadilan Sejahtera.Namun waktu yang singkat itu telah cukup baginya untuk meniup kuncup dalamdiri ini sehingga mekar menjadi bunga.Sepatu tua Hamad terlihat rusak, yang memang sebelumnya sudah lusuh.Ubay menangkap semua itu tanpa terlewat sedikitpun. 'Maafkan aku ya Hamad,ini pakai saja sepatuku, aku punya dua sepatu kok di rumah.'Begitulah kisah mereka berdua, ibarat sebuah parade ukhuwah merekabegitu mempesona setiap orang yang melihatnya.


| Henny blogged at 7:53 PM



Tuesday, October 04, 2005

Sambut Ramadhan dengan Cinta

Demi cintanya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan
bagi untuk keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan,
bulan di mana Allah SWT membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada
manusia.


Allah SWT adalah Dzat pemilik cinta. Cinta Allah adalah cinta tak
bersyarat; unconditional love. Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa
mengharap balasan apa pun. Cinta Allah adalah cinta "walaupun", bukan
cinta "karena". Allah selalu mencintai hamba-Nya walaupun hamba itu
berbuat zalim dan terus membangkang perintah-Nya. Sebaliknya, cinta
manusia adalah cinta "karena". Manusia mencintai sesuatu karena
sesuatu itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal, karena ingin
mendapatkan balasan dan kebaikan.

Demi cinta-Nya tersebut, Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan
kebahagian manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakannya
Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan
dikatakan sebagai bulan cinta, bulan di mana Allah SWT membuka
pintu-pintu kecintaan-Nya.

"Tanda cinta" dari Allah SWT ini, digambarkan dengan sangat tepat oleh
Rasulullah SAW, "Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah dari
dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu
shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza
wa Jalla memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab
mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka
memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

"Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu,
maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena
beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia
tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan
mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan
Rabb Al-'Alamin."

Demikianlah, Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memanggil semua
hamba-Nya untuk kembali menuju hakikat hidup sebenarnya. Ada
perumpamaan menarik dari Dr Jalaluddin Rakhmat. Menurutnya, manusia
adalah "anak-anak Allah" yang dikeluarkan dari rumah-Nya untuk
bermain-main di halaman dunia ini. Dalam QS Al-An'am [6] ayat 32 Allah
SWT berfirman, "Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda
gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa." Karena itu, Kabah disebut rumah Allah
(Baitullah), karena ke sanalah para jamaah haji berangkat,
meninggalkan segala urusan dunia mereka. Ramadhan pun disebut bulan
Allah, karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman
permainan kita.

Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli "jajanan" yang
bermacam-macam: kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, atau kesenangan
duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang jauh lebih
sehat dan lebih lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah menyeru kita
untuk kembali kepada-Nya. Allah telah mempersiapkan jamuan makanan
berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang "bermain" terlalu
jauh dari "rumah".

Karena itu, siapa pun orangnya, selama ia mengaku hamba beriman, ia
wajib menyambut cinta Allah yang bernama Ramadhan. Difirmankan, Wahai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana
telah diwajibkan atas umat sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS
Al-Baqarah [2]: 183).

Allah SWT memanggil kita dengan seruan yang sangat khusus: "Wahai
orang-orang yang beriman". Panggilan ini memperlihatkan husnudzannya
(baik sangka) Allah SWT kepada manusia. Walau bergelimang dosa, Allah
tetap memanggil kita sebagai orang yang beriman. Bagaimana seharusnya
seorang manusia menyambut panggilan Ilahi? Lewat syairnya, Jalaluddin
Rumi mengungkapkan:

"Bagaimana keadaan sang pencinta?," tanya seorang lelaki. Kujawab,
"Jangan bertanya seperti itu, Sobat: Bila engkau seperti aku, tentu
engkau akan tahu; Ketika Dia memanggilmu, engkau pun akan
memanggil-Nya."

Ramadhan adalah bukti cinta Allah. Bahagia bertemu dengan Ramadhan
sama artinya dengan bahagia bertemu Allah. Konsekuensinya jelas,
"Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun
mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai
pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan
dengannya" (HR Bukhari).

Bila kita mencintai Allah, kita harus menyambut apa pun yang datang
dan diserukan-Nya, termasuk Ramadhan. Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali
menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai
sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang
berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis, "Bohonglah orang yang mengaku
mencintai Allah SWT tetapi ia tidak mencintai Rasul-Nya; bohonglah
orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum
fakir dan miskin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga
tetapi ia tidak mau menaati Allah SWT."

Karena cinta Rasulullah SAW dan para sahabat selalu menyambut Ramadhan
dengan sukacita. Bahkan sejak Rajab dan Sya'ban mereka telah
mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, termasuk dengan
memperbanyak puasa dan amalan sunnat lainnya. Siti 'Aisyah berkata,
"Tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa dalam satu bulan yang lebih
banyak dari puasanya pada bulan Sya'ban, ada kalanya sebulan penuh.
Dan adakalanya hampir penuh hanya sedikit yang tidak puasa" (HR
Bukhari Muslim).

Begitu akhir Sya'ban Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya,
"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh
keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Di dalam bulan
Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan
dibelenggu seluruh setan. Padanya ada satu malam yang terlebih baik
dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan
malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."

Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk
tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh-kesah menahan
lapar, haus, dan semua keletihan tatkala menjalani Ramadhan.

Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis.
Lewat cintalah semua yang tembaga akan menjadi emas
Lewat cintalah semua yang endapan akan jadi anggur murni
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup
Lewat cintalah raja jadi budak.
Wallahu a'lam bish-shawab.

(ems )

sumber:
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=215358&kat_id=232


| Henny blogged at 8:53 AM



Wednesday, September 07, 2005

Puasa dalam pandangan Agama

Puasa dalam Pandangan agama
InsyaALLAH sebentar lagi Ramadhan, kita wajib menjalani rutinitas puasa sebulan penuh dengan keikhlasan. Smoga tulisan dibawah bermanfaat tuk kita smua, amin.Oleh : Ghafani Awang TehMenurut sejarah, amalan puasa muncul serentak dengan kemunculanmanusia di muka bumi. Semua agama atau atheis sekali pun mengakuibahawa amalan ber-puasa adalah program positif dan amat penting dalamkehidupan harian manusia. Walau bagaimanapun berdasarkan perkem-banganterkini, puasa Ramadhan yang diamalkan serentak secara besar-besaranoleh umat Islam sama ada kanak-kanak atau dewasa di seluruh dunia,me-nunjukkan amalan puasa dalam agama Islam terus aktif meneruskankesinambungan amalan puasa yang diamalkan oleh para nabi yangterdahulu.Sejarah PuasaPerintah puasa fardhu Ra-madhan kepada umat Islam di bawah kerasulanNabi Muhammad s.a.w. diwahyukan pada bulan Syaaban tahun 2 Hijrah dandi-kuatkuasakan dalam bulan Ramadhan berikutnya semasa Nabi Muhammadberada di Madinah. Walau pun puasa Ramadhan diwajibkan pada tahun 2Hijrah tetapi umat nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad telah punmengamalkan puasa. Allah berfirman:Maksudnya: “Hai orang-orang yang ber-iman, diwajibkan atas kamu berpuasasebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamuber-taqwa”. (Al-Baqarah: 183)Dalam mentafsirkan ayat ini, ahli tafsir Imam Qurtubi me-nyatakanAl-Syaabi, Qatadah dan lain-lain menerangkan bahawa ayat ini merujukpuasa-puasa yang difardhukan pada Nabi Musa, Nabi Isa dan umat-umatnyapada masa itu yang juga mengamalkan puasa dalam bulan Ramadhan,kemudian para pendita dan pengikut-pengikut nabi-nabi berkenaanmengubahsuai ajaran-ajaran tersebut. Dengan demikian kita dapati dalamkitab Taurat dan Injil ada menyebut tentang puasa tetapi tidakdinyatakan dengan jelas tentang peraturan wajib puasa.Sebagaimana kita ketahui bahawa Rasul-rasul yang dipilih Allah sebelumNabi Muhammad s.a.w mempunyai syariat yang sesuai di sampaikan dandi-gunakan untuk umat-umatnya sahaja. Nabi Adam sebagai manusiapertama muncul di dunia juga berpuasa. Penga-la-man Nabi Adam dan Hawayang dimurkai Allah kerana mendekati sebatang pokok (dikatakan pokokkhuldi) boleh dijadikan sumber rujukan yang boleh di-kaitkan denganpuasa. Allah ber--firman:Maksudnya: “Janganlah kamu mendekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasukorang-orang yang zalim”. (Al-Baqarah: 35)Dengan tipu daya dan mus-lihat syaitan, Nabi Adam dan Hawa telahmemakan buah pokok larangan berkenaan wa-lau-pun telah ditegah olehAllah. Dengan demikian Allah telah menyuruh pasangan berkenaan keluardari syurga dan turun ke dunia. Peristiwa Nabi Adam dan Hawa yangdimurkai Allah me-makan buah larangan itu di-anggap melanggar perintahpuasa dalam erti menahan diri dari makan buah larangan.Menurut sumber sejarah, Nabi Musa bersama kaumnya pernah berpuasaempat puluh hari di samping bermunajat kepada Allah semasa berada dibukit Tursina sebelum Allah menganugerahkan sepuluh ajar-an kepadanya.Nabi Isa juga ber-puasa seperti mana yang di-amalkan oleh Nabi Musa.Dalam Surah Maryam dinyatakan Nabi Zakaria dan Mariam seringmeng-amalkan puasa. Manakala Nabi Daud diriwayatkan berpuasaber-selang seli iaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka yangdiamal-kan pada sepanjang tahun. De-mikianlah antara amalan puasanabi-nabi terdahulu yang dapat dikesan oleh ahli-ahli tafsir dansejarah. Walau pun amalan puasa nabi-nabi lain tidak dapat dikesantetapi kita percaya ba-hawa amalan puasa adalah se-bahagian cara hidupmereka dalam mendekati Allah. Menurut sumber sejarah, Nabi Muhammads.a.w sendiri sebelum di-lantik menjadi Rasul telah meng-amalkan puasatiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuhpada hari ke 10 bulan Muharram ber-samasama dengan masyarakatQuraisy yang lain. Malah masyarakat Yahudi yang tinggal di Yathrib(Madinah) pada masa itu turut mengamalkan puasa Asyura.Menurut Encyclopedia of Religion bangsa-bangsa bertamad-dun tinggi dankuno sebelum masehi seperti bangsa Rom, Yunani, Mesir Purba, Natchesdi Amerika Tengah, Hindu dan China turut mengamalkan puasa. Mereka iniberpuasa se-bagai persediaan menyambut perayaan, memuja roh nenekmoyang, membersihkan dosa dan persediaan menjadi pemim-pin-pemimpinatau ketua agama. Persoalan yang timbul ialah apakah puasabangsa-bangsa ini hasil dari perkembangan dakwah nabi-nabi terdahulu?Kebenaran pertalian itu memang ada kerana sejarah perkembangan biakmanusia dan ajaran Allah ber-mula dari Nabi Adam dan nabi-nabi/rasulyang lain yang ke-semuanya berasal dari Tanah Arab. Penyebaran agamaber-laku serentak dengan perpin-dahan dan penghijrahan ma-nusia hasildaripada evolusi geografi dunia yang berlaku beribu-ribu juta tahundahulu yang turut menyebabkan pem-bentukan benua. Evolusi dunia terusberlaku hingga kini tanpa kita sedari.Puasa Dalam Agama YahudiSebahagian rasul-rasul yang wajib dipercayai dalam agama Islam terdiridari Bani Israel. Umat Islam perlu berhati-hati apabila mengutuk hebatbangsa Yahudi kerana kepintaran ke-jahatannya, jangan turutme-ngait-kan rasul-rasul itu. Dalam Encyclopedia of Religionme-nyatakan penganut Yahudi yang Ortodoks mengamalkan puasa wajib satuhari pada hari Yom Kippur (Hari pembersihan dosa) seperti mana yangdisuruh oleh Mosaic Law (kemungkinan merujuk kitab Taurat Nabi Musa),kemudian mereka me-nambah empat hari lagi, masing-masing satu haripada bulan Ab, Tammuz, Tebeth dan Tishri mengikut kalendar bulanYahudi sebagai hari berkabung di atas bencana yang menimpa bangsaYahudi. Mengikut Encyclopedia itu lagi terdapat segolongan penganutYahudi mengamalkan puasa mengikut nabi Yahya, mengamalkan 40 haripuasa nabi Musa, 40 hari puasa Nabi Ilyas dan puasa pada hari Isnindan Khamis secara sukarela.Puasa Dalam Agama KristianSelepas kematian Nabi Isa, kitab Injil mengalami perubahan besar.Dengan demikian kita dapati dalam Bible (New Testament) tidak menyebutsecara nyata tentang wajib puasa kepada penganutnya. MenurutEncyclopedia of America pada dua abad pertama sejak kemunculan agamaKristian, puasa dalam agama ini adalah sukarela. Puasa hanyadiwajibkan pada abad ke 4. Secara tradisinya agama Kristianmenghendaki penganutnya berpuasa 40 hari mulai hari besar AshWednesday hingga hari perayaan Easter, iaitu sebelum perayaan Krismas.Puasa ini dibuat sebagai simbul menghormati kesengsaraan Nabi Isa yangmengalaminya selama 40 hari. Puasa-puasa tradisi lain ialah puasa padahari Rogetion Days, Ember Day, puasa mingguan pada hari Rabu danJumaat dan puasa sem--pena perlantikan paderi dan hari Baptis.Walau bagaimanapun menurut Encyclopedia of Britanica, ke-dudukan puasatradisi dalam masyarakat moden Kristian hari ini telah mengalamiperubahan besar. Dalam persidangan Majlis Gereja Vatican 1965 di Romtelah memutuskan mereka hanya perlu berpuasa sebahagian atau padahakikatnya berpantang de-ngan tidak makan daging pada hari perayaanAsh wednesday dan hari Good Friday. Kelong-gar-an peraturan itu dibuatse-bagai usaha menggalakkan ma-sya-rakat Kristian berpuasa. Dengandemikian menurut Encyclopedia of Religion Masya-rakat KristianOrtodoks Greek dan Roman Katolik yang suatu ketika dahulu kuatmengamalkan puasa tradisi, hanya kini mengamalkan puasa atauberpantang pada hari Ash Wednesday dan Good Friday sahaja. Manakalasebahagian besar Gereja-gereja di bawah Mazhab Kristian Protestanthanya menganggap puasa itu adalah hak budibicara in-dividu untukmengamalkannya.Puasa Dalam Agama LainMenurut Encyclopedia of Religion, walaupun sebahagian besar penganutagama Buddha cen-derung berpantang tetapi mereka menganggap puasase-penuhnya sepanjang hari bukan-lah suruhan agama Buddha. Mengikutajaran Buddha kurangkan makan atau berpantang adalah salah satu dari13 ajaran-nya untuk mencapai hidup bahagia. Dengan demikian walaupunmereka berpuasa tetapi mereka boleh makan sekali sehari sebelum waktutengah hari. Di kalangan penganut agama Buddha hanya sami yang taatberpuasa atau berpantang yang mereka amalkan empat kali dalam sebulan.Demikian juga puasa dalam agama Hindu, confusius, Tao dan ajaran kunolain adalah mengamalkan puasa untuk pemujaan roh nenek mo-yang. Puasamereka lebih ber-sifat berpantang dengan tidak makan daging ataudibenarkan makan sekali sehari.KesimpulanSemua agama mengakui ba-hawa puasa adalah amat penting dan menjadisatu keperluan universal kepada semua manusia. Islam telah mengambillangkah bijak dengan menjadikan bulan Ramadhan sebagai satu agendawajib kepada umat Islam yang baligh dan berakal menjalankan puasaselama satu bulan. Malah Islam menggalakkan umatnya menjalankanpuasa-puasa sunat sebagai kesinambungan menge-kal-kan gaya hidup sihatseperti yang dikehendaki dalam se-mangat dan matlamat Rama-dhan.Selama 11 bulan anggota badan kita aktif menjalankan jentera dankemudiannya satu bulan pula diwajibkan berehat, maka suruhan agamaIslam itu adalah tepat. Walaupun terdapat percubaan agama-agama bukanIslam untuk mewajibkan puasa kepada penganutnya tetapi tidak berjayakerana agama itu tidak mempunyai rangkaian undang-undang yang lengkap.Maka hanya sami-sami, pendita dan paderi yang agaknya masih meneruskansaki baki amalan puasa atau berpantang larang sepertimana yangdituntut oleh agama berkenaan.


| Henny blogged at 8:48 AM